Diskusi publik bertajuk “Capres Alternatif, Mengapa Tidak,” di Manado, Sulawesi Utara, Kamis (8/9/2022). Dok: ist

MANADO – Direktur Eksekutif Political and Public Policy Studies (P3S) Jerry Massie menyebut agar lebih menarik sebaiknya jelang pilpres 2024, muncul capres alternatif yang mewakili bidang hukum, ekonomi, sosial dan politik, militer serta pegiat anti korupsi.

Jerry mengatakan hal itu saat menjadi pembicara pada diskusi publik bertajuk “Capres Alternatif, Mengapa Tidak,” di Manado, Sulawesi Utara, Kamis (8/9/2022).

“Yang utama adalah mereka punya konsep dan strategi membuat negara ini menjadi lebih baik. Saya coba tawarkan nama seperti mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Jimly Assidiqie. Beliau tokoh yang secara rasional dan empiris bisa diterima publik,” ujarnya.

Jimly menurut Jerry merupakan figur yang jujur dan tulus dalam memajukan bangsa imi barangkali dari sisi finasial, dia tak seperti kandidat lain. Calon alternatif lain yang yang berlatar-belakang ekonom yakni Rizal Ramli.

“Saya pikir dia tahu persis untuk mengatur ekonomi yang lagi sakit parah dan economic crisis. Disaat hutang membengkak hingga Rp7.000 triliiun dan inflasi mencapai 5 persen inflasi pangan tembus 11,4 ,persen maka dibutuhkan pemimpin punya grand strategy seperti Rizal. Dia sukses saat menjadi Menko Ekonomi Gus Dur dia mampu membuat ekonomi tumbuh dari minus 3 persen menjadi plus 4 persen. Hal luar biasa dia jujur, cinta dan peduli rakyat,” terang dia.

Menurut peneliti politik dari American Global Univesiity yang melakukan politik pencitraan tak akan laku lagi. Jerry menilai jika ada capres alternatif yang cerdas mereka akan laris seperti survei lembaga Kedai Kopi.

“Saya pikir koruptor akan ketakutan jika bangsa ini dipimpin oleh tokoh yang garang dan dikenal anti korupsi. Kalau mewakili kaum perempuan ada seperti Mantan Menteri KKP Jokowi Susi Pudjiastuti. Kendati pendidikannya tak terlalu tinggi tapi keberanianya membakar kapal-kapal pencuri ikan dari negara asing menjafi catatan tersendiri,” jelas dia.

“Menurut saya PT dan keterbatasan calon buntutnya menghalangi calon alternatif. Mestinya Pemilu serentak, PT tak ada atau nol,” pungkas dia.