JAKARTA – Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani Aher menyebut meski sudah 77 tahun merdeka, Indonesia masih dihantui ancaman ekonomi akibat minimnya ketersediaan lapangan pekerjan bagi masyarakat Indonesia.
“Masyarakat membutuhkan lapangan pekerjaan yang memberikan penghasilan pasti di samping bantuan sementara seperti BLT. Kewajiban negara untuk menyediakan lapangan pekerjaan untuk rakyatnya, sebagaimana amanat pasal 27 ayat 2 UUD 1945,” kata Netty dalam keterangan medianya, Selasa (16/8/2022).
Berdasarkan data BPS, per Februari 2022 jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 5,83 persen atau sekitar 8,4 juta jiwa.
“Dari 8,4 juta pengangguran itu, 59 persennya atau sekitar 4,98 juta orang adalah usia produktif, antara 15-29 tahun. Ironis bukan, anak-anak muda Indonesia dalam usia produktif justru tidak bekerja,” ucap Netty.
Politisi PKS dari Dapil Jabar VIII ini menyampaikan, tingginya tingkat pengangguran di Indonesia akan memengaruhi daya beli masyarakat.
“Apabila daya beli masyarakat turun, pasti akan memengaruhi pemulihan ekonomi nasional pasca pandemi Covid-19. Apalagi di tahun 2023 nanti pengangguran akan bertambah karena adanya kebijakan penghapusan tenaga honorer di institusi pemerintahan,” jelas Netty.
Oleh karena itu di momen bulan kemerdekaan ini, Netty meminta pemerintah agar menyiapkan skema guna mengantisipasi ledakan pengangguran yang dapat berdampak pada upaya penurunan daya beli, penurunan angka stunting dan peningkatan putus sekolah.
“Skema penyediaan lapangan pekerjaan harus diperbesar dengan berbagai upaya. Akses mendapatkan bantuan modal bagi maayarakat guna membangun UMKM juga harus ditingkatkan. bukan saja nilai modalnya tapi pembinaan dan pendampingan usahanya. Selain itu, pendidikan dan pelatihan juga harus dikuatkan untuk meningkatkan kualitas SDM Indonesia,” katanya.
“Pastikan tema HUT RI Ke-77 yakni ‘Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat’ dapat terealisasi dengan adanya langkah penyediaan lapangan pekerjaan untuk generasi muda,” pungkas dia.
Jurnalis: Agung Nugroho
Tinggalkan Balasan